Langsung ke konten utama

dia seperti apa?





Pernah membaca, entah itu kutipan cerita atau peribahasa
"Intinya anak perempuan dalam sebuah keluarga ibarat mawar berduri. Jika ingin memetiknya harus seijin pemiliknya. Dan pemiliknya tentu tidak merelakan begitu saja mawar-mawar kesayangannya diambil oleh seseorang yang baru saja dia kenal. Terlebih jika mawarnya hanya satu, dengan kata lain satu-satunya mawar di kebun kesayangannya"

Gerimis di malam itu tidak menghentikan aku dan ibu melangkah menuju masjid untuk menunaikan salat tarawih. Dengan waktu libur yang singkat, aku betul-betul memanfaatkan momen itu terutama untuk 'berdekatan' dengan kedua bapak-ibu. Sebuah fenomena mengusik pikiranku tentang sepasang suami istri yang terlihat tidak serempak dalam hal beribadah. Ayah yang bercerita lebih dulu soal itu usai buka tadi.

'Bu, kasian yaa. Bukankah seharusnya suami menjadi pemimpin rumah tangga dalam hal apapun?'
'Iya. Ya semoga istrinya bisa menjadi hidayah. Aamiin'

'Semoga dia juga lelaki yang demikian'
'Siapa? Adi?'
'Eh? Hehe, ibu nih ah', ucapku gelagapan malu

'Memang dia sosok seperti apa sih? Kok sepertinya kamu sampe tertarik sekali'
"Entah bu. Kalau menurutku dia baik, agak genit memang. Itu sisi buruknya. Tapi sisi baiknya, aku yakin dia bisa menjadi imam yang baik. Insyaallah", aku memberi pembelaan

Aku pernah menulis "Jika kamu belum bisa menerima keburukan seseorang, maka kamu belum siap untuk mencintainya apa adanya"

Seperti kebanyakan gadis lainnya, selalu menjadikan ayahnya sebagai cermin lelaki idamannya di masa mendatang. Mungkin aku tergolong gadis yang demikian. Diam-diam aku merasa ibuku beruntung sekali mendapatkan sosok suami seperti ayah. Jangan selalu melihat keburukan, karena keburukan selalu berusaha untuk mengurangi kadar cinta pada pasangannya. Dan sesaat sebelum iqomah, aku berdoa untuk separuh hati di ujung sana . . .


*dari hati yang merindu
:)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

tahun terakhir

readers, tepat tanggal 2 september usia kuliahku adalah semester 7. semester yang dianggap (memang) angker buat sebagian besar mahasiswa (termasuk saya). menurutku, skripsi itu masterpiece dari pemikiran sendiri (dibantu dosbing) sebagai syarat kelulusan (skor toefl juga). agenda semester tujuh ini diantaranya kuliah di kelas, praktek 1 stase yaitu Kegawatdaruratan (ICU dan IGD), dan KKN yang ambil jatah liburan. kesimpulannya, semester depan enggak bisa pulang kampung. The last but not least, ada masterpiece scriptsweet bersama tujuh temen lainnya. kita sering banget bareng kalo mikin makalah mata kuliah. miss you guys :* next --> semester 8 semoga semester ini sudah bisa wisuda yaa. rencana April 2014 udah wisuda . Aamiin. semoga bisa wisuda bareng temen-temen ICON :D dan di semester ini ada pelatihan BTCLS, semacem pelatihan pemberian aksi pertama yang dilakukan terhadap pasien gawat darurat (henti nafas, henti jantung). untuk pelatihan itu denger-denger memakan biaya...

inilah rasa tenteram

pertanyaan ini sudah lama aku simpan "mengapa bahu laki-laki selalu lebih lebar  daripada perempuan?" mereka bilang, bahu sebagai tempat bersandar. tetapi, jika dilihat dengan seksama, tangan laki-laki pun selalu lebih panjang perempuan diciptakan lebih mungil daripada laki-laki. entah tangannya, pundaknya, bahunya, bahkan jemarinya. tapi perempuan bukan sosok yang lemah, lelaki juga bukan sosok yang selalu lebih kuat daripada seorang perempuan bahu laki-laki lebih lebar, sebagai penopang perempuan, pun tangannya yang lebih panjang agar selalu menjaga perempuannya dari hal-hal yang membahayakan. selalu mempertahankan dan menjaga perempuannya agar selalu ada di sampingnya, di pelukannya. lalu apa yang kau rasakan? bukankah itu menenteramkan? bukankah itu menenangkan? wanita dengan tubuh yang mungil, bahu yang lebih sempit serta jemari yang lebih kecil, sebagai pelipur saat apapun yang kau anggap besar menjatuhkanmu membuatmu terduduk sedih. perempuan dengan ...

sendiri

Nyatanya, sen diri a dalah hal yang ti dak ingin orang lain rasakan. Betapapun berat usahanya untuk menja di ber dua.  Nyatanya, sen diri a dalah hal yang menyesakkan ketika sa dar bahwa  di hatinya tak a da yang ja di pegangan. Tuhan pun ti dak a da  dalam hatinya Lalu ketika ga dis itu menya dari  dirinya se dang bera da  di tepi, bingung kemana ia harus berpegangan untuk bertahan. Seorang laki-laki berusaha men dekat, entah apa maksu d  daripa da niatnya men dekati ga dis itu. Lelaki itu mengulurkan tangan, tetapi ujung jari ke dua orang tersebut bahkan sulit untuk bertemu. Seorang ga dis mun dur selangkah, se dangkan laki-laki itu maju selangkah. Lalu, ke dua orang tersebut mencoba menerka-nerka apa yang a da  dalam hatinya masing-masing