Langsung ke konten utama

Ramadhan #6 : Kematian



"Dan tiadalah kehidupan di dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"
(Al-An'am ayat 32)


Betul, bukan gurauan, bukan sekedar nasehat orang jaman dahulu yang selalu bilang bahwa 'hidup itu cuma mampir ngombe' (hidup itu cuma mampir minum). Bahkan menurut saya, kehidupan kita saat ini adalah hanya menunggu giliran kematian yang setiap saat bisa datang. Tanpa ijin, Tanpa tawar menawar. Tanpa bertanya kesiapan kita.

Kematian datang tanpa peduli berapa usia kita, berapa amal yang sudah kita kumpulkan, bahkan mungkin jumlah kemaksiatan yang kita lakukan jauh berkali lipat lebih banyak daripada amal baik yang kita lakukan

Ada peristiwa kematian dari teman adik saya. Usianya muda, kisaran 20an (terbukti jika kematian tidak memandang usia), teman satu komunitas katanya. Beliau mengalami kecelakaan, dan ketika tiba di rumah sakit, beliau sudah tidak bernyawa.

Saya, seorang perawat. Bekerja di ruangan kritis memaksa kita untuk menyadari bahwa kita tidak pernah bisa menahan apa yang sudah ditakdirkan untuk pergi. Semuanya bisa berubah dalam hitungan detik, menit. Lalu, kita sebagai manusia hanya bisa mengusahakan yang terbaik tanpa bisa melawan bahkan menunda kematian. Seberapa kuatpun usaha kita melakukan pertolongan maupun resusitasi. 

Kita betul-betul tidak pernah mengetahui apa yang akan terjadi sedetik, semenit, bahkan sejam kemudian. Tetapi, kadang manusia dengan sifat ke-sok-tahuannya, merasa bahwa hidupnya masih lebih panjang. Ternyata ?

Jika kita benar-benar sadar bahwa kematian itu pasti, mengapa kita masih bisa melenggang santai seolah sangat yakin bahwa hidup kita masih panjang?

Jika kita benar sadar bahwa kematian itu pasti, mengapa kita masih ringan saja melakukan kemaksiatan padahal Allah sudah sangat mengutuknya dan jelas memberikan dosa atas kemaksiatan yang kita lakukan?

Jika kematian itu pasti, mengapa kita masih menunda untuk melakukan solat tepat waktu, menunda menutup aurat dengan sempurna, menunda berbakti pada kedua orangtua?

Jika kematian itu pasti, maka bersiaplah sejak saat ini~

Allah tidak pernah menghina perubahan sekecil apapun, bahkan niat dalam hati pun Allah mendengar
Mengemislah dengan anggun

Sempurna itu milik Allah, tapi menuju sempurna adalah pilihan kita
Istiqomahlah walau sulit


-Semarang

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

cerita si pipa dan ember

akhirnya semarang menangis, seperti lagu anang we were caught in rain this evening sodara sodara agenda silasen (Silaturahmi Dosen), salah satu agenda fosimmik tetap berjalan walau hujan mengguyur tembalang Pembicara kali ini adalah mbak diah (staff akademik) dan suaminya bernama Mas Taufik they are recommended karena beliau berdua enterpreneur sejak masih kuliah ternyata sebetulnya ini pertemuan kedua kami dengan beliau untuk sharing masalah kewirausahaan yaa kalau di FOSIMMIK  (organisasi rohis PSIK.red) kita menekankan pada usaha fotokopi dan penjualan barang-barang yang dihandle oleh DKM (Departemen Kewirausahaan) :D mas taufik lalu memberikan cerita kurang lebih seperti ini ini cerita lama sebenernya jaman dulu, ada 2 orang sahabat bernama pipa dan ember mereka berdua sama-sama bekerja sebagai distributor air karena didesa tersebut sumber air terlalu jauh (kalo di iklan 'sumber air sudeka, beta sonde main aer :D ') si pipa bertubuh mungil, kurus sep

which is better?

Ada seseorang yang diciptakan peka, hingga suara hati yang tak terdengarpun bisa dia dengar Ada pula seseorang yang diciptakan tidak peka, hingga kesedihan yang terpancar lewat wajah orang terdekatnya pun ia tidak tahu Jika situasinya adalah antara laki-laki dan perempuan, mana yang lebih baik? Tidak peka, lalu orang lain akan merasa jengkel karena tidak merasa diperhatikan. Kita malah bebas melenggang karena merasa tidak terlibat terlalu jauh secara sikap dan sifat Atau Peka, lalu orang lain akan merasa bahagia dengan adanya kita yang perhatian, sayang. Kita malah merasa berat untuk mulai meninggalkan karena terlalu banyak ikut campur Keduanya baik, sesuaikan dengan kondisi. Bila merasa mulai lelah sebagai orang yang peka, sesekali menjadi orang yang berbeda pun tidak apa

Perjalanan dan Tujuan

Ibarat perjalanan, mungkin aku adalah kendaraan sedangkan kamu adalah tujuan. Sebelum memulai perjalanan, aku akan mempersiapkan kendaraanku dengan baik agar bisa mencapai tujuanku. Namun ternyata mempersiapkan kendaraan butuh waktu yang tidak sebentar, bekal yang tidak sedikit, berulang-kali jatuh bangun sebelum sampai pada tujuanku. Fase saat ini, adalah fase dimana Tuhan mengajari kita untuk berikhtiar dan berpasrah sesudahnya. Kita tahu bahwa ikhtiar adalah salah satu cara untuk menjemput semuanya. Namun, pasrah adalah sikap tertinggi dari seseorang setelah berikhtiar. Selama mencapai tujuan, pernahkah merasa ada sebersit kesombongan? Keunggulan diri dibanding lainnya? Dalam hal apapun. Jika iya, berarti saat ini Tuhan menegurmu, berusaha membangunkanmu dari kesombongan yang membuatmu terkadang merendahkan orang lain. Fase saat ini, adalah sebetulnya Tuhan memberikan waktu yang sangat lebih untuk kembali berbenah, merekonstruksi segala mimpi dan harapan yang pernah kita si