Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

menjadi baik

menjadi baik bukanlah sebuah pilihan, melainkan kewajiban. menjadi baik tidak memiliki batas waktu atau tanggal kadaluarsa. malahan, kita betul-betul disembunyikan oleh kenyataan kapan tanggal kadaluarsa kita masing-masing untuk hidup di dunia ini menjadi baik bukanlah ilmu fisika yang membahas mengenai percepatan, bukan pula puisi yang mengharuskan kesempurnaan tanpa cacat. menjadi baik adalah sebuah proses pada setiap orang yang masing-masing memiliki waktu berbeda-beda untuk menjadi baik menurut versi yang menjadi acuannya.  jadilah baik, karena sebaik dan seburuk apapun kita berubah, orang-orang akan tetap terus berkomentar. namun, jangan sampai itu merubah niat awal kita untuk menjadi baik. hari ini aku bertemu orang-orang yang sedang berproses menjadi baik, mendengar cerita orang-orang yang hanif, bersemangat untuk menjadi baik tanpa kita sadari sejauh apapun kita melangkah dan mencari, pada akhirnya kita akan kembali ke se-benar-benarnya jalan, sebaik-baiknya pen

dek..

malam itu, bertemu kakak kelas jaman perkuliahan. akhwat. entah bagaimana, kami ngobrol begitu saja dan terhenti di topik yang itu lagi itu lagi. jodoh nasehatnya kira-kira begini "dek, seberapapun banyaknya lelaki yang mencoba mendekat, seberapapun banyaknya kamu menjalani taaruf, kalau Allah belum ridho berarti belum saatnya dek. Allah itu punya waktu yang tepat, jangan khawatir dengan jodoh yang belum ada saat ini." "jangankan yang di lisan, yang di hati saja Allah dengar. Dia hanya sedang menunggu doa-doamu untuk meminta. jangan bosan berdoa, jangan bosan meminta. teruslah memperbaiki diri. solatmu, ibadah sunnahmu, solat malammu, ngajimu, semuanya. perbaiki" Betul. jangan samakan dengan manusia, Allah yang Maha segala-galanya. Dia tidak merasa kerepotan untuk mengatur segala yang ada di dunia ini, Dia tidak merasa berat untuk sekedar menerbitkan dan menenggelamkan matahari. Apalagi hanya mengurusi hambaNya ini, menuliskan takdir untuknya tentang rezek

'rumah'

aku mencari rumah, tidak harus besar, tetapi nyaman untuk ditinggali. rumah dimana ada orang-orang tersayang yang menantimu pulang, yang bersedia mendengar keluh kesah dan berbagi lelahmu. . aku mencari rumah, bukan kemewahan yang aku cari. tetapi rumah sederhana yang cukup untuk kita tinggali bersama. ada kamar untuk beristirahat dan ada ruang untuk kita bercengkrama. . aku mencari rumah yang selalu aku rindukan untukku pulang, rumah yang menawarkan kenyamanan, jauh dari hiruk pikuk dan keramaian orang-orang dengan kesibukannya masing-masing. bukan rumah yang selalu aku hindari, selalu malas untuk tempatku pulang. . "adakah rumah yang cocok?" "aku belum menemukannya" "hmm, yang itu?" aku menggelengkan kepala "jika kamu memasuki sebuah rumah, lalu kamu merasa nyaman walau rumah itu kosong. barangkali rumah itulah yang pas untukmu"