Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

kita (tidak) berbeda kan? :)

Benar, jika dalam agama yang saya yakini, perempuan dan laki-laki diciptakan sama dan sederajat. Yang membedakan hanyalah jenis keunggulan di bidangnya masing-masing. Perempuan diciptakan sebagai sosok yang lembut, keibuan, penyayang, multitasking sehingga perempuan lebih pas untuk melakukan kegiatan semisal mengajar, berbagi ilmu ke beberapa generasi, merawat beberapa kepala dalam satu rumah. Namun, perempuan dibekali dengan fungsi multitasking  yang membuatnya mampu mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus dalam satu waktu. Hal yang jarang dimiliki oleh laki-laki. Berbeda dengan laki-laki, sosok yang secara penampakan fisik sudah sangat berbeda, terlebih kepribadiannya. Laki-laki diciptakan dengan bahu yang lebar, telapak tangan yang lebih besar, tubuh yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. Laki-laki dikaruniai suara yang lantang, ketegasan, kemampuan logika sedangkan perempuan lebih dominan dengan perasaan. Laki-laki diciptakan sebagai sosok pemimpin, pelindung,

galau, gamang

Sejatinya sebuah kehidupan yang disusun banyak kepala, banyak ide, banyak suara, sekarang aku terjatuh dalam masa gamang. Apalagi ketika dihadapkan kepada beberapa pilihan. Hidup adalah pilihan, betul kan? Banyak orang yang dalam masa keemasan mereka, tidak memiliki tujuan hidup. Mereka (termasuk aku) terkadang atau seringkali mengatakan 'biarkanlah mengalir seperti air'. Sebetulnya, adanya target dalam kehidupan hanyalah sebagai pedoman. Jika diibaratkan jembatan, target adalah titian tali untuk selalu menjadi penyeimbang agar kita tetap bertahan ketika sudah mengambil suatu keputusan. Terlalu sulit bila akhinya kita hanya mengatakan 'biarkanlah'. Tidak ada tujuan hidup, hanya mengalir tanpa tahu sebenarnya apa yang benar-benar kita butuhkan dalam hidup ini. Lalu kemudian aku berpikir 'apa yang aku sebenarnya cari?' 'harta kah?' 'prestise kah?' 'berkah?' 'kenyamanan kerja?' Selama masa penantian, aku menemukan banyak

Kedalaman hati

"Dalamnya lautan bisa diukur, dalamnya hati siapa yang tau" -pepatah Pepatah lama yang tiba-tiba teringat kembali. Tidak ada seorang ahli pun atau siapapun yang benar-benar mengetahui dangkal atau kedalaman hati setiap orang, kecuali kita sendiri. Maka ada batasan dimana kedalaman hati bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan atau membahayakan. Berbicara tentang lautan, setiap dari kita sebetulnya adalah seorang perenang. Perenang yang tidak saling tahu dimana atau kapan tepatnya akan tertelan ombak lautan. Bagaimana jika lautan tiba-tiba pasang? Padahal awalnya tenang. Atau kita adalah perenang yang bisa menikmati dalamnya lautan? Jika engkau adalah seorang perenang, menyelami lautan yang sebelumnya belum pernah engkau jelajahi, maka kemungkinannnya ada dua. Kembali ke permukaan, atau tenggelam. Jika engkau tidak benar-benar yakin untuk menyelami dalamnya lautan, maka kau harus siap menghadapi resiko tenggelam lalu sulit untuk kembali ke permukaan. Jika engkau siap