Langsung ke konten utama

cinta, lalu bagaimana?



Ijinkan saya bercerita malam ini. Siang tadi seorang teman bercerita padaku, bahwa cintanya belum menemui jalan pulang. Cintanya baru separuh. Separuh diisi semangat untuk saling membersamai, separuh yang lain untuk saling berkorban dan siap untuk menerima kenyataan yang nanti akan dihadapi bersama.

Saya pernah menulis di postingan blog ini bahwa orang-orang yang jatuh cinta, maka mereka siap untuk menerima apapun akibat dari jatuh cinta. Sebenarnya, jatuh cinta tidak menimbulkan akibat yang teramat sangat, hanyalah pedih sedikit yang semakin menyiksa di tengah malam. Terkadang, cinta mampu membuat perasaan bahagia meledak-ledak dalam batin.

Orang-orang yang jatuh cinta sebetulnya memiliki banyak pilihan, entah mengungkapkan perasaan, menjalin kasih dengan penuh indahnya, atau lebih memilih menyimpannya sendiri agar cinta itu selalu subur di dalam hati. Dan setiap pilihan yang kamu ambil, memiliki konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan olehmu, olehnya atau siapapun yang terlibat dalam status percintaanmu.

Dengan mengungkapkan perasaan, bukan berarti tidak ada masalah atau bisa lega begitu saja. Perasaan itu harus dipupuk setiap hari, dirawat hingga ia bertumbuh tinggi hingga akhirnya kuntum tersebut bisa dilihat oleh siapapun. Saat itulah, kamu harus mempertanggungjawabkan apa yang telah kamu rawat. Lalu keputusanmu hanya ada dua, memetik bunga itu, atau membiarkannya di dalam pot hingga ada orang lain yang lebih pantas untuk memetiknya.

Cinta yang benar, adalah bukan mencintai aku dan kamu saja. Seperti halnya sebuah film atau dongeng, banyak personil yang terlibat di dalamnya. Jika kamu tidak memperhatikan salah satu personilnya, cintamu hanya separuh. Berjalan seterusnya dengan separuh kaki, hanya membuatmu lelah tanpa tahu kapan kamu akan sampai menemui jalan pulang. Bukankah lebih nikmat jika berjalan berdua, ada yang menopangmu berjalan, membantumu saat terjatuh, mengusap keringat dan air matamu saat putus asa?

Sedangkan, bagi orang-orang yang memendam perasaannya bukan berarti tidak merasakan sakit yang mendera, menahan air mata karena bibir tidak mampu mengutarakan perasaannya. Bibir tak sejalan dengan hati, katanya. Namun, bagi orang-orang yang memendam perasaan, sebenarnya tidak ingin menyakiti orang lain yang dicintainya. Dia menikam dirinya sendiri dengan rindu yang dibuatnya setiap hari. Dia menghujani dirinya dengan air mata harapan dan doa di sela harinya. 

Dan keadilan Tuhan terbukti, ketika Tuhan mendatangkan lelaki/perempuan yang mampu meredakan hujan dan menampakkan matahari walau malam, menikam dengan cinta dan kasih sayang tiada berkurang, serta semangat untuk saling membersamai hingga menemukan jalan pulang.

Percayalah-tak seperti dunia, bersama orang yang kau cintai, hatimu selalu terasa seperti pagi. Hangat dan semangat, hanya dengan seseorang yang tepat.


-Semarang


Komentar

Postingan populer dari blog ini

cerita si pipa dan ember

akhirnya semarang menangis, seperti lagu anang we were caught in rain this evening sodara sodara agenda silasen (Silaturahmi Dosen), salah satu agenda fosimmik tetap berjalan walau hujan mengguyur tembalang Pembicara kali ini adalah mbak diah (staff akademik) dan suaminya bernama Mas Taufik they are recommended karena beliau berdua enterpreneur sejak masih kuliah ternyata sebetulnya ini pertemuan kedua kami dengan beliau untuk sharing masalah kewirausahaan yaa kalau di FOSIMMIK  (organisasi rohis PSIK.red) kita menekankan pada usaha fotokopi dan penjualan barang-barang yang dihandle oleh DKM (Departemen Kewirausahaan) :D mas taufik lalu memberikan cerita kurang lebih seperti ini ini cerita lama sebenernya jaman dulu, ada 2 orang sahabat bernama pipa dan ember mereka berdua sama-sama bekerja sebagai distributor air karena didesa tersebut sumber air terlalu jauh (kalo di iklan 'sumber air sudeka, beta sonde main aer :D ') si pipa bertubuh mungil, kurus sep

which is better?

Ada seseorang yang diciptakan peka, hingga suara hati yang tak terdengarpun bisa dia dengar Ada pula seseorang yang diciptakan tidak peka, hingga kesedihan yang terpancar lewat wajah orang terdekatnya pun ia tidak tahu Jika situasinya adalah antara laki-laki dan perempuan, mana yang lebih baik? Tidak peka, lalu orang lain akan merasa jengkel karena tidak merasa diperhatikan. Kita malah bebas melenggang karena merasa tidak terlibat terlalu jauh secara sikap dan sifat Atau Peka, lalu orang lain akan merasa bahagia dengan adanya kita yang perhatian, sayang. Kita malah merasa berat untuk mulai meninggalkan karena terlalu banyak ikut campur Keduanya baik, sesuaikan dengan kondisi. Bila merasa mulai lelah sebagai orang yang peka, sesekali menjadi orang yang berbeda pun tidak apa

Perjalanan dan Tujuan

Ibarat perjalanan, mungkin aku adalah kendaraan sedangkan kamu adalah tujuan. Sebelum memulai perjalanan, aku akan mempersiapkan kendaraanku dengan baik agar bisa mencapai tujuanku. Namun ternyata mempersiapkan kendaraan butuh waktu yang tidak sebentar, bekal yang tidak sedikit, berulang-kali jatuh bangun sebelum sampai pada tujuanku. Fase saat ini, adalah fase dimana Tuhan mengajari kita untuk berikhtiar dan berpasrah sesudahnya. Kita tahu bahwa ikhtiar adalah salah satu cara untuk menjemput semuanya. Namun, pasrah adalah sikap tertinggi dari seseorang setelah berikhtiar. Selama mencapai tujuan, pernahkah merasa ada sebersit kesombongan? Keunggulan diri dibanding lainnya? Dalam hal apapun. Jika iya, berarti saat ini Tuhan menegurmu, berusaha membangunkanmu dari kesombongan yang membuatmu terkadang merendahkan orang lain. Fase saat ini, adalah sebetulnya Tuhan memberikan waktu yang sangat lebih untuk kembali berbenah, merekonstruksi segala mimpi dan harapan yang pernah kita si