Langsung ke konten utama

jarak dan rindu



dulu mungkin aku tak begitu memahami bagaimana jarak menjadi jurang pemisah yang terkadang tidak bisa untuk ditaklukkan, bahkan dipendekkan. sejauh apapun itu. jarak tetaplah abadi. kali ini, jarak seolah menjadi sesuatu yang kekal, semakin sulit untuk ditaklukkan karena ada faktor pengikat yang lain, seperti pekerjaan atau keluarga kecil yang baru

tahun ini, aku disibukkan dengan pekerjaan. bersyukur pasti. namun, lagi-lagi jarak menjadi sulit untuk ditaklukkan. bertemu pun menjadi sesuatu yang sangat mahal untuk dilakukan. dan aku rindu, bagaimana dulu kami bisa bertemu dengan sangat sederhana, sangat mudah. effortless

aku rindu bagaimana kami mengemasi barang-barang bersama untuk dibawa mudik ke desa
aku rindu saat kami gaduh untuk memutuskan berapa stel baju yang akan kami bawa untuk berlebaran
aku merindukan saat kami bertengkar, tertawa riang dan saling jahil saat perjalanan mudik ke desa
aku rindu saat aku bisa bertukar kerudung dengan ibu untuk berlebaran

lagi-lagi jarak menghalangiku untuk mengulang semua momen itu

momen ketika bersalaman dan berpelukan, saling mengutarakan kata maaf sambil sesekali menangis sesenggukan
momen ketika setelah itu, kami ambil foto bersama, lengkap berlima dengan pakaian yang berbeda satu sama lain

dan kali ini aku juga memahami, bagaimana rindu sembuh perlahan hanya dengan mendengarkan suara orang-orang tersayang dan dirindukan. rindunya tidak hilang begitu saja hanya dengan berbincang. namun, suara mereka seperti bervisualisasi dalam pikiran, menggambarkan kegiatan yang sedang mereka lakukan
wajah-wajah mereka seolah terlintas di pikiran tepat saat suara mereka aku dengar

ini kali pertama, aku jauh
dan aku rindu, sangat..

besok aku pulang, nantikan aku. besok kita lepas kerinduan


-rumah sakit :')


Komentar

Postingan populer dari blog ini

tahun terakhir

readers, tepat tanggal 2 september usia kuliahku adalah semester 7. semester yang dianggap (memang) angker buat sebagian besar mahasiswa (termasuk saya). menurutku, skripsi itu masterpiece dari pemikiran sendiri (dibantu dosbing) sebagai syarat kelulusan (skor toefl juga). agenda semester tujuh ini diantaranya kuliah di kelas, praktek 1 stase yaitu Kegawatdaruratan (ICU dan IGD), dan KKN yang ambil jatah liburan. kesimpulannya, semester depan enggak bisa pulang kampung. The last but not least, ada masterpiece scriptsweet bersama tujuh temen lainnya. kita sering banget bareng kalo mikin makalah mata kuliah. miss you guys :* next --> semester 8 semoga semester ini sudah bisa wisuda yaa. rencana April 2014 udah wisuda . Aamiin. semoga bisa wisuda bareng temen-temen ICON :D dan di semester ini ada pelatihan BTCLS, semacem pelatihan pemberian aksi pertama yang dilakukan terhadap pasien gawat darurat (henti nafas, henti jantung). untuk pelatihan itu denger-denger memakan biaya...

inilah rasa tenteram

pertanyaan ini sudah lama aku simpan "mengapa bahu laki-laki selalu lebih lebar  daripada perempuan?" mereka bilang, bahu sebagai tempat bersandar. tetapi, jika dilihat dengan seksama, tangan laki-laki pun selalu lebih panjang perempuan diciptakan lebih mungil daripada laki-laki. entah tangannya, pundaknya, bahunya, bahkan jemarinya. tapi perempuan bukan sosok yang lemah, lelaki juga bukan sosok yang selalu lebih kuat daripada seorang perempuan bahu laki-laki lebih lebar, sebagai penopang perempuan, pun tangannya yang lebih panjang agar selalu menjaga perempuannya dari hal-hal yang membahayakan. selalu mempertahankan dan menjaga perempuannya agar selalu ada di sampingnya, di pelukannya. lalu apa yang kau rasakan? bukankah itu menenteramkan? bukankah itu menenangkan? wanita dengan tubuh yang mungil, bahu yang lebih sempit serta jemari yang lebih kecil, sebagai pelipur saat apapun yang kau anggap besar menjatuhkanmu membuatmu terduduk sedih. perempuan dengan ...

sendiri

Nyatanya, sen diri a dalah hal yang ti dak ingin orang lain rasakan. Betapapun berat usahanya untuk menja di ber dua.  Nyatanya, sen diri a dalah hal yang menyesakkan ketika sa dar bahwa  di hatinya tak a da yang ja di pegangan. Tuhan pun ti dak a da  dalam hatinya Lalu ketika ga dis itu menya dari  dirinya se dang bera da  di tepi, bingung kemana ia harus berpegangan untuk bertahan. Seorang laki-laki berusaha men dekat, entah apa maksu d  daripa da niatnya men dekati ga dis itu. Lelaki itu mengulurkan tangan, tetapi ujung jari ke dua orang tersebut bahkan sulit untuk bertemu. Seorang ga dis mun dur selangkah, se dangkan laki-laki itu maju selangkah. Lalu, ke dua orang tersebut mencoba menerka-nerka apa yang a da  dalam hatinya masing-masing