dulu mungkin aku tak begitu memahami bagaimana jarak menjadi jurang pemisah yang terkadang tidak bisa untuk ditaklukkan, bahkan dipendekkan. sejauh apapun itu. jarak tetaplah abadi. kali ini, jarak seolah menjadi sesuatu yang kekal, semakin sulit untuk ditaklukkan karena ada faktor pengikat yang lain, seperti pekerjaan atau keluarga kecil yang baru
tahun ini, aku disibukkan dengan pekerjaan. bersyukur pasti. namun, lagi-lagi jarak menjadi sulit untuk ditaklukkan. bertemu pun menjadi sesuatu yang sangat mahal untuk dilakukan. dan aku rindu, bagaimana dulu kami bisa bertemu dengan sangat sederhana, sangat mudah. effortless
aku rindu bagaimana kami mengemasi barang-barang bersama untuk dibawa mudik ke desa
aku rindu saat kami gaduh untuk memutuskan berapa stel baju yang akan kami bawa untuk berlebaran
aku merindukan saat kami bertengkar, tertawa riang dan saling jahil saat perjalanan mudik ke desa
aku rindu saat aku bisa bertukar kerudung dengan ibu untuk berlebaran
lagi-lagi jarak menghalangiku untuk mengulang semua momen itu
momen ketika bersalaman dan berpelukan, saling mengutarakan kata maaf sambil sesekali menangis sesenggukan
momen ketika setelah itu, kami ambil foto bersama, lengkap berlima dengan pakaian yang berbeda satu sama lain
dan kali ini aku juga memahami, bagaimana rindu sembuh perlahan hanya dengan mendengarkan suara orang-orang tersayang dan dirindukan. rindunya tidak hilang begitu saja hanya dengan berbincang. namun, suara mereka seperti bervisualisasi dalam pikiran, menggambarkan kegiatan yang sedang mereka lakukan
wajah-wajah mereka seolah terlintas di pikiran tepat saat suara mereka aku dengar
ini kali pertama, aku jauh
dan aku rindu, sangat..
besok aku pulang, nantikan aku. besok kita lepas kerinduan
-rumah sakit :')
Komentar
Posting Komentar